Hariangaruda.com I Dumai – Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Dumai nomor urut 2, Ferdiansyah – H. Soeparto bikin kejutan di Debat Pertama Pilwako Dumai 2024, Jumat (01/11/2024). Pada clossing statement yang berapi-api, bikin yang mendengar merinding karena tak akan berkhianat di tanah jantan, Kota Dumai.
“Bila memang kami di beri amanah untuk memimpin, Insya Allah kami tidak akan khianat untuk kota kelahiran saya ini,” kata Ferdiansyah penuh semangat dengan mata berkaca-kaca.
Ferdi mengemukakan, Ia lahir dan dibesarkan di Kota Dumai. Pasangannya dalam Pilkada Kota Dumai 2024 adalah H. Soeparto. Usianya kini sudah 75 tahun dan sudah tiga perempat atau 50 tahun usianya diabdikan untuk perkembangan Kota Dumai.
“Mohon maaf, jika Allah ta’ala berkehendak, tuhan yang
Maha Kuasa berkeinginan, meninggalpun jasad kami di kubur di Kota Dumai,” kata Ferdi.
Selama 50 tahun itu secara pribadi pak De sudah banyak berbuat untuk Kota Dumai. “Banyak orang sudah tau bahwa beliau sudah mengabdi dan berbakti di Kota Dumai,” papar Ferdi.
Karenanya, kata Ferdi, pak De Parto bukan semata-mata dianggap sebagai wakil. Melainkan sebagai orang tua, panutan sekaligus sebagai penasehat saya.
Yang karenanya pula dalam foto pada surat suara dan alat peraga yang tersebar di seantero Kota Dumai, foto pak de Parto tidak ditempatkan sejajar apalagi di belakang. Melainkan di depan Ferdiansyah.
Ferdi menyatakan secara ekonomi mereka berdua sudah sangat mapan. Sebagai putra daerah, ia bersama pak De Parto tahu betul apa yang akan mereka berdua
perbuat untuk kota Dumai, tanah jantan dimana Ferdi di lahirkan dan sekitar 50 tahun pak De Parto berbuat untuk masyarakat.
“Kami tahu betul apa yang di inginkan Masyarakat Kota Dumai. Bukan hanya pembangunan yang merata, masyarakat kota Dumai ingin sejahtera,” katanya.
Ferdiansyah mengakui bahwa Kota Dumai telah memberikan kesejahteraan bagi mereka berdua. Dan mereka ingin masyarakat Kota Dumai lainnya juga hidup sejahtera.
Karenanya jika terpilih mereka bertekad untuk tidak ada lagi emak-emak yang menangis karena anaknya ingin sekolah, tidak ada lagi ada orang miskin dan anak yatim yang menangis karena menahan lapar dan tidak ada lagi orang cacat yang sedih dan menangis karena kurang perhatian,” kata Ferdi.